
6 Juli 2025
Nama Christine Hakim tak hanya lekat dengan dunia perfilman Indonesia, tapi juga telah menjadi simbol dari konsistensi, integritas, dan dedikasi terhadap seni peran selama lebih dari lima dekade. Aktris senior kelahiran 25 Desember 1956 ini telah mencatatkan diri sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah sinema nasional, baik sebagai pemeran, produser, maupun aktivis budaya.
Di usianya yang kini menginjak 68 tahun, Christine Hakim tetap aktif dan relevan, menunjukkan bahwa kualitas dan kedalaman akting jauh lebih abadi daripada sekadar popularitas sesaat.
Awal Karier: Dari Dunia Model ke Layar Lebar
Christine Hakim memulai kariernya sebagai model sebelum akhirnya ditemukan oleh sutradara legendaris Teguh Karya. Ia memulai debut filmnya dalam Cinta Pertama (1973), sebuah film yang langsung mengantarkannya meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI).
Sejak saat itu, Christine dikenal sebagai aktris yang memilih peran secara selektif dan penuh pertimbangan, mengutamakan kualitas naskah dan nilai budaya yang diangkat.
Repertoar Film Kelas Dunia
Beberapa film penting yang menampilkan kemampuan akting luar biasa Christine antara lain:
-
“Tjoet Nja’ Dhien” (1988)
Film sejarah tentang pahlawan perempuan Aceh ini membawanya ke panggung internasional. Film ini menjadi wakil Indonesia pertama yang masuk seleksi resmi Festival Film Cannes. -
“Daun di Atas Bantal” (1998)
Disutradarai oleh Garin Nugroho, film ini membawa perspektif baru tentang anak jalanan di Yogyakarta dan kembali mengukuhkan Christine sebagai aktris kelas dunia. -
“Eat Pray Love” (2010)
Berperan sebagai dukun Bali, Christine Hakim muncul bersama Julia Roberts, memperkenalkan wajah Indonesia ke kancah perfilman Hollywood. -
“Perempuan Tanah Jahanam” (2019)
Dalam film horor garapan Joko Anwar ini, Christine tampil sebagai sosok mengintimidasi dan menjadi kunci cerita, sekaligus menunjukkan fleksibilitas akting lintas genre.
Pencapaian dan Penghargaan
Christine Hakim telah meraih berbagai penghargaan bergengsi:
-
6 Piala Citra untuk Pemeran Utama/ Pendukung Terbaik
-
Lifetime Achievement Award FFI 2006
-
UNESCO Artist for Peace
-
Juri Festival Film Cannes (2002), menjadikannya satu-satunya perempuan Indonesia yang pernah menjadi juri di ajang bergengsi tersebut
Ia juga pernah menjadi produser dan aktif dalam program edukasi film dan pelestarian budaya.
Aktivisme dan Komitmen Budaya
Christine dikenal vokal menyuarakan:
-
Pentingnya pendidikan karakter melalui film
-
Pelestarian budaya lokal dan bahasa daerah
-
Pemberdayaan perempuan dalam industri kreatif
Ia kerap menjadi pembicara dalam forum internasional, berbicara tentang peran perempuan, identitas nasional, dan budaya dalam film.
Christine Hakim Hari Ini
Hingga 2025, Christine masih aktif membintangi film, menjadi mentor bagi aktor muda, dan terlibat dalam produksi film independen yang mengangkat isu-isu sosial. Dalam wawancara terbarunya, ia menyatakan:
“Saya tidak pernah bermain film hanya untuk tampil. Saya ingin menyampaikan pesan. Film itu medium budaya dan pembentuk cara berpikir.”
Penutup
Christine Hakim bukan hanya seorang aktris—dia adalah duta budaya, guru generasi muda, dan simbol kekuatan perempuan Indonesia. Dedikasinya yang tak goyah terhadap seni dan kemanusiaan menjadikannya sosok langka dan tak tergantikan dalam sejarah perfilman tanah air. Di tengah gemerlap dunia hiburan yang sering melahirkan sensasi sesaat, Christine Hakim hadir sebagai mercusuar integritas dan kualitas.