
Surabaya, 15 Juli 2025 – Dunia olahraga Indonesia kembali mencetak sejarah. Untuk pertama kalinya, cabang olahraga elektronik (e-sports) resmi dipertandingkan dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2025 di Aceh dan Sumatera Utara. Keputusan ini disambut antusias oleh atlet muda, komunitas gaming, dan industri teknologi tanah air.
Cabang yang dipertandingkan meliputi Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), DOTA 2, PUBG Mobile, dan eFootball 2024, yang ditetapkan sebagai cabang olahraga prestasi, bukan hanya eksibisi. Artinya, medali yang diraih akan dihitung dalam klasemen umum perolehan medali provinsi — sebuah langkah monumental untuk legitimasi e-sports di Indonesia.
Sejarah Panjang Menuju Legitimasi
E-sports telah melalui jalan panjang menuju pengakuan resmi. Meski telah booming sejak 2018, baru tahun ini KONI bersama PB ESI (Pengurus Besar E-Sports Indonesia) menyetujui pencantuman e-sports ke dalam daftar cabor resmi PON, setelah melalui:
-
Penilaian kesiapan infrastruktur teknis dan server
-
Standarisasi kompetisi nasional dan sistem seleksi provinsi
-
Penyusunan regulasi anti-cheat dan fairplay
-
Kerja sama dengan pengembang game (Moonton, Valve, Tencent)
“Ini adalah pengakuan nyata atas potensi generasi muda di bidang teknologi dan kompetisi digital,” ujar Ashadi Ang, Ketua PB ESI, dalam konferensi pers nasional.
Persiapan & Antusiasme Daerah
Sebanyak 32 provinsi mengirimkan tim e-sports terbaik mereka melalui babak kualifikasi nasional yang digelar sejak Maret 2025. DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur disebut sebagai unggulan kuat, dengan atlet berpengalaman yang juga pernah berlaga di tingkat SEA Games dan turnamen global.
Beberapa nama yang menjadi sorotan:
-
“EVOS Branz” (MLBB – Jabar)
-
“SkyWeaver” (DOTA 2 – Jakarta)
-
“Rebelzz” (PUBG Mobile – Kaltim)
-
“IndoGamers” (eFootball – Sulawesi Selatan)
Banyak dari mereka adalah pemain profesional yang turun ke ajang PON sebagai bentuk dedikasi kepada provinsi asal mereka.
Dampak Ekonomi & Sosial
Keputusan ini membawa dampak luas:
-
Peningkatan minat sponsorship lokal terhadap komunitas e-sports di daerah.
-
Tumbuhnya sekolah e-sports dan akademi game di berbagai kota kecil.
-
Normalisasi pandangan terhadap gamer profesional, yang selama ini kerap dipandang negatif.
-
Potensi pariwisata digital, dengan hadirnya penonton luar daerah yang mengikuti turnamen.
Menurut studi dari LPEM UI, sektor e-sports Indonesia diproyeksikan menyumbang Rp 3,5 triliun ke ekonomi digital nasional pada akhir 2025, jika didukung regulasi dan ekosistem kompetitif yang stabil.
Kritik & Tantangan
Meski diakui, tidak sedikit pihak yang mengkhawatirkan dampak dari e-sports, seperti potensi kecanduan, gaya hidup tidak aktif, hingga ketergantungan pada perangkat digital. Namun PB ESI menjawabnya dengan program “Seimbang Digital”, yaitu:
-
Pelatihan fisik dan mental bagi atlet e-sports
-
Psikolog olahraga untuk menjaga keseimbangan emosi
-
Edukasi gizi dan tidur sehat bagi gamer
-
Integrasi kurikulum esport dalam konteks edukatif, bukan semata hiburan
Penutup: Indonesia, Siap Menjadi Kiblat E-Sports Asia
Dengan e-sports resmi masuk PON 2025, Indonesia membuktikan bahwa olahraga masa depan bukan hanya soal fisik, tetapi juga refleks, strategi, dan mental digital.
Ini bukan sekadar pengakuan atas game, tapi penghargaan atas semangat kompetisi generasi baru. Kini, layar bukan lagi sekadar hiburan — tetapi arena juang, tempat bendera provinsi dikibarkan, dan medali diraih dengan klik dan koordinasi.